AKU bisa merasakan jari tanganku menyentuh sesuatu yang lembut. Karena tertutupi kain rok, aku tak bisa memastikan apa persisnya yang aku sentuh. Karena itu, perlahan aku mengangkat rok panjang yang dikenakannya. Aku mengangkat dengan perlahan. Rok panjang coklat muda itu perlahan tapi pasti bergerak ke atas. Aku melihat kakinya mulai terbuka. Aku melihat tulang kering dan betisnya.
Kemudian lututnya. Kemudian pahanya.
Aku melihat sepasang paha yang indah. Aku melihat sepasang paha yang mulus. Paha yang putih.
Paha yang sangat putih, pertanda bagian itu tak pernah terkena sinar matahari.
Paha yang selama ini tertutup.
Aku terus mengangkat dan melihat itu. Pangkal paha Nayra.
Pangkal paha yang ditutupi celana dalam hitam mungil. Celana hitam mungil berenda. Jari tanganku segera menyentuh celana dalam hitam itu. Jari tanganku melakukan gerakan seperti menggaruk. Nayra menggeliat sedikit. Aku melanjutkan menggaruk. Kemudian, perlahan aku memasukkan jari tanganku ke dalam celana mungil hitam itu. Celana dalam mungil yang dikenakan Nayra ternyata cukup elastis. Jari tanganku bisa masuk dengan mudah. Tanganku menyentuh sesuatu yang seperti rambut halus.
Selanjutnya, tanganku menyentuh sesuatu. Sesuatu yang lembut.
Sesuatu yang terasa seperti daging. Sesuatu yang agak basah.
“Geli Rei...”
Aku mendengar suara Nayra. Suara yang seperti bisikan. Dia kini menatapku. Matanya menatap sayu.
Bibirnya sedikit terbuka.
Aku mendekatkan wajahku ke wajahnya. Aku mendekatkan bibirku ke wajahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar