Sabtu, 19 April 2025

Bosku, Istri Temanku - Part 09

 


PERLAHAN, bibirku menyentuh bibirnya. Bibirku menyentuh dengan lembut.

Aku bisa merasakan kehalusan bibirnya. Aku bisa merasakan kelembutan bibirnya.

Aku kemudian merasakan adanya gerakan. Nayra balas menciumku. Dia balas mencium dengan kelembutan yang sama.

Aku bisa merasakan hisapan lembut yang dilakukan Nayra pada bibirku.

Sambil mencium, kedua tanganku terus beraksi. Tangan kananku masih meraba-raba bagian dalam

celana dalamnya, sementara tangan kiriku meremas bukit kembar sebelah kanan milik Nayra.

“Mmmhhh...”

Aku mendengar Nayra merintih. Rintihannya tertahan oleh bibir kami yang saling menyatu.

Aku merasakan pagutan bibirnya.

Aku membalas dengan pagutan yang sama. Aku mencium sambil terus meraba-raba.

Aku melakukan hal itu sambil memastikan di dalam diri bahwa ini nyata.

Bahwa saat ini aku benar-venar sedang bermesraan dengan Nayra. Bahwa saat ini aku sedang meraba-raba bagian tubuhnya yang paling pribadi, dan di saat yang sama sedang berciuman di bibir.

Aku bisa merasakan kalau ciuman Nayra yang tadinya lembut mulai berubah.

 Ciumannya kini berubah menjadi lebih beringas.

Kedua tangannya kini berada di belakang kepalaku. Kedua tangannya meremas rambut di belakang kepalaku.

Bibirnya kini mencium dengan ganas.

Aku bisa merasakan hisapan bibirnya pada bibirku. Dan tiba-tiba...

Sesuatu berbunyi.

Ada nada dering dari ponsel.

Itu bukan nada dering ponselku. Karena yang berbunyi bukan ponselku, itu artinya yang berdering adalah

ponsel Nayra.

Untuk sesaat kami seperti tidak peduli. Kami tetap berciuman. Bibir kami tetap saling pagut. Kedua tanganku terus meraba-raba.

Tapi panggilan telepon itu tidak juga berhenti. Akhirnya Nayra menarik dirinya.

Dia terlihat sedikit terengah. Dengan wajah jengkel dia mengambil ponsel yang diletakkan di atas meja. Aku sempat melirik dan melihat kalau yang barusan menelpon itu diberi nama “papa”. Itu artinya yang menelpon adalah Sunandar, suami Nayra.